Rabu, 08 September 2010

SULITNYA BERUBAH

Saat sholat tarawih di mushola kampung, saya melihat fenomena yang cukup memprihatinkan. Saat sholat, shafnya sangat tidak rapi, bergelombang lebih tepatnya. Yang lebih nyleneh lagi, satu baris shaf bisa terbelah menjadi dua bagian, yakni belahan utara dan belahan selatan, di tengahnya kosong. Piye jal. Ditambah lagi beberapa bapak-bapak sliwar-sliwer lewat didepan orang yang lagi sholat. Fenomena ini juga terjadi saat saya sholat subuh di masjid kampung. Saat coba saya tarik beberapa jamaah untuk merapatkan shaf, eh mereka kembali lagi ke posisi semula. Kalo secara teori fisika, momen inersianya tinggi, jadi sulit dipindahkan/digerakkan, hehehe. Fenomena ini cukup memprihatinkan. Di satu sisi saya sangat senang melihat semangat dari warga desa yang begitu rajin mengisi bulan ramadhan dengan ibadah. Namun di sisi lain, saya sedih juga melihat betapa susahnya mengubah masyarakat. Hal ini tak terlepas dari kultur masyarakat pedesaan, yang kurang “menghargai” nasehat dari yang muda. Mayoritas masyarakat di desa lebih mendengarkan saran atau nasehat dari tokoh yang atau kyai yang disegani. Pokokmen manut pak kyai. Gitulah. Saya jadi bingung juga bagaimana merubah cara pandang masyarakat seperti ini. Secara ilmu agama saya juga termasuk masih hijau. Wahaha, yang lebih parah lagi, ada sebagian masyarakat yang menganggap anak muda yang kuliah dianggap tercemar islam yang sesat. Kalau diamati, memang masyarakat di desa cenderung lebih suka belajar agama dari kyai atau tokoh agama. Jarang masyarakat yang membaca dan mempelajari buku-buku islam atau sumber lain yang shahih. Jadi saat kyainya salah, banyak yang tidak tahu. Masyarakat kadang juga lebih suka kyai yang ceramahnya lucu walaupun content-nya gak jelas daripada kyai yang ceramahnya serius tapi bener. Selain itu, pola dakwah di masyarakat sekarang lebih bersifat iming-iming, dalam arti masyarakat dijanjikan pahala ini dan itu jika melaksanakan suatu ibadah, namun tidak diajari bagaimana aplikasi atau praktek yang benar dari ibadah itu sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. Misal sholat, banyak kyai yang menyampaikan pahala sholat dari a sampai z, tapi bagaimana tatacara sholat yang benar tidak diajarkan. Yah, inilah realita di masyarakat, memang sulit untuk mengubahnya. Namun selalu ada harapan bagi kita yang mau berusaha. Kata nabi “Jika kau melihat kemunkaran, cegahlah dengan tanganmu, jika tak mampu maka dengan lisanmu, jika tak mampu maka dengan hatimu, dan itulah selemah-lemahnya iman”. Semoga masyarakat Bantul di tahun 2030 bisa berubah lebih baik. Amin.

1 komentar:

  1. assalamu'alaikum. akhirnya menemukanmu di dunia blog. apa kabar dek? selamat berkarya dan terbang dengan impianmu. ndisiki mb ni lulusnya. do'akan mb segera menyusul dengan membawa ijazah UGM ^_^
    mb izin nge-link blog antum ya. smangat!

    BalasHapus

Comment