Kamis, 12 Februari 2009

ADAKAH MAHASISWA SUPER?

Mahasiswa Super, istilah ini pertama kali kudengar saat mengikuti Ospek Fakultas Teknik 2006, waktu itu nama ospeknya PLATINUM (PengenaLAn TeknIk uNtUk Maba), agak mekso nampaknya. Waktu itu pada saat sesi kepemanduan di dekat Tugu Teknik yang panas, mas Iim (pemandu) memantik diskusi tentang mahasiswa super. Adakah mahasiswa super itu? Lantas seperti apa mahasiswa super itu? Kita mahasiswa yang masih kikuk dan lugu-lugu disuruh mikir kaya gituan. Jadi mahasiswa baru berapa hari lho mas. Yah, dan kita pun menjawab dengan brainstorming kilat ces ces ces, kebetulan kelompokku isinya orang jenius semua, kecuali aku. Haha.. Jadi ya gak perlu repot-repot mikir. Waktu itu aku jadi anak yang “menengan” dan duduk manis bersahaja. Gumun dengan orang-orang di sekitarku.

Jawaban yang dikeluarkan tiap-tiap kelompok diskusi hampir sama : Mahasiswa Super itu mahasiswa yang pinter secara akademik(IPK 4), cakep, jago olahraga, terus jago secara organisasi dan punya jiwa leadership/kepemimpinan, punya softskill, pandai berkomunikasi, terus ibadahnya rajin/sholeh/sholehah, mandiri, + ini + itu, pokoknya so perfect lah. Dan akhirnya dibuat kesimpulan dengan menggabungkan sifat-sifat mahasiswa super yang ditulis dari tiap kelompok. Sungguh polosnya.. (Sebenernya dah males mikir karena sudah siang). Dan mas Iim pun hanya senyum senyum saja, sudah males ngurusi kelompok yang pekok dan selalu kalah dalam perlombaan Ospek. Haha..

Namun pelajaran dan kenangan masa ospek tersebut tak pernah lepas dari pikiranku sampai sekarang. Termasuk tentang mahasiswa super itu tadi. Memang sempat punya cita-cita jadi mahasiswa super seperti kriteria di atas. Tapi ternyata berat, aboot.. terutama dalam hal akademik.. Tiap semester kok hasilnya semakin tidak menjanjikan.. Cukup cukup .. Lupakan.. Lupakan... Lupakan tentang mahasiswa super. Jadi mahasiswa normal saja dan nikmatilah hidupmu.

Yah, memang pada kenyataannya sejak semester 1 sampai sekarang belum pernah aku jumpai sosok mahasiswa super seperti kriteria di atas. Mungkin orang kaya gitu hanya 1 di antara 1 juta dan hanya muncul 100 tahun sekali (kaya tokoh utama Kungfu Hustle dengan peran utama Stephen Chou). Benar-benar susah mencari orang seperti itu. Ya ada sih orang yang mendekati kriteria itu, anak BEM’07 inisial N. IPKnya 4 semester 1 dan 2, ikut 4 organisasi, dapet beasiswa ke luar negeri, ibadahnya rajin juga. Tapi si N tetep ada kekurangannya (gak usah disebutin di sini) sehingga belum mencapai “Super”, ya mungkin “Agak Super”. Itupun sudah keren sekali, anak-anak BEM sampai mikir si N ini orang apa monster? Oh.. Oh.. Oh.. Gilee

Yah, sekali lago emang susah menemukan mahasiswa super yang so perfect versi kelompokku Ospek. Akhirnya aku kembali ke definisi mahasiswa super itu sendiri. Apakah benar kriteria mahasiswa super seperti di atas? Itu hanya salah satu versi dari definisi mahasiswa super, dan itupun didefinisikan sendiri oleh mahasiswa lugu yang baru 3 hari jadi mahasiswa. Well, Kalau definisinya seperti itu ya gak mungkin setiap mahasiswa bisa masuk kriteria “super”. Dan aku pun mencoba mencari definisi sendiri tentang mahasiswa super. Harapanku sih setiap mahasiswa punya kesempatan yang sama untuk menjadi mahasiswa super itu.

Cara gampangnya ya brainstorming lagi tentang kriteria mahasiswa super tersebut, kali ini bukan brainstorming tentang sifat/karakter mahasiswa super, melainkan brainstorming teman-teman mahasiswa yang selama ini membuatku kagum dan geleng-geleng kepala, dari mereka mungkin bisa didapat kriteria tentang mahasiswa super. Beberapa di antaranya :

Teman baikku si Z (sampe2 ngulang mata kuliah yang sama gara2 salah jadwal, aya-aya wae)

Patut dikagumi karena selama ini dia kukenal sebagai orang yang sangat visioner, ketika orang berpikir 1 langkah ke depan, dia sudah berpikir seratus langkah ke depan (lebay), tapi memang begitu kenyataannya. Kita punya pandangan yang sama, kalo cuma kuliah tok di TI kayaknya dapet ilmu sak iprit dan udik. Jadi harus banyak menimba ilmu di luar, baik organisasi maupun lomba2. Saat kita 1 tim ikut lomba PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), benar-benar gak nyangka bisa lolos ke PIMNAS(Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional), semua itu berkat si Z yang visioner. Padahal ketika itu awalnya kondisi tim benar-benar gak beres, ancur. Tiap orang punya gawe dan kesibukan sendiri-sendiri. Lolos PKM aja udah alhamdulillah. Saat aku dan temen2 anggota tim cuma mentargetkan mewakili UGM PIMNAS mengalahkan 180 tim lain saja sudah OK (pas presentasi aja dibantai dosen dengan sadis dan mengahancurkan mental, tego tenan) tapi si Z pasang target kita dapat medali di PIMNAS. Dia selalu bisa memberikan keyakinan pada kita kalau kita bisa. Dengan kerja keras, bahkan mengorbankan mid, sungguh ajaib kita bisa dapat medali perunggu … TOP untuk si Z.

Selain itu, si Z adalah tipe orang yang pandai memanfaatkan momentum yang ada. Ketika ibunya si Z sakit jantung, Z tak menganggap itu sebagai cobaan, tapi justru menganggap itu sebuah momentum. Momentum apa? Momentum untuk membahagiakan ibunya yang sedang sakit dan membuat ibunya tersenyum bangga. Dengan apa? Dengan mengukir prestasi. Baik prestasi akademik maupun lomba/kompetisi di tingkat regional maupun nasional. Ajaibnya, sejak ibunya sakit itu, IPK si Z bukan turun tapi justru naik, juga dapet beasiswa Tanoto sampai lulus. Menang di berbagai perlombaan pula.

Ketua BEM 2007, sebut aja Mas A…

Belajar banyak dari beliau, menurutku beliau salah satu ketua BEM Super.. Talk Less Do More… Sekali ngomong dalem banget.. Tapi tetep humoris dan akrab dengan staff. Down To Earth lah. Sejak dipimpin mas A, BEM jadi hidup, gak siang tapi juga malam. Hampir tiap malam ada yang nginap, termasuk mas A. Sering dibangunin untuk qiyamullail/tahajud pula. Sering mengingatkan untuk on time sholat. Sering mengingatkan ketika ada salah tapi dengan cara yang lembut dan bersahabat. Berkat didikan mas A, banyak anak BEM 07 tadinya plengah plengeh bisa jadi pribadi berkarakter dan peduli, termasuk si N yang IPKnya 4 tadi, yang monster tadi. Lunar Binasa.. Tak hanya itu, Mas A adalah sosok yang peka terhadap situasi dan kondisi, dan bisa mengambil tindakan yang tepat. Visioner juga, tak hanya mengkonsep BEM kerja tahun ini tapi juga untuk tahun-tahun selanjutnya.. Semangka Mas..

Ketua MPM 07, Sebut saja H..

Sama-sama angkatan 06, tapi jurusan T. Nuklir. Yang satu ini bener-bener gile, perjuangan hidupnya mungkin kalau ditulis bisa jadi novel kaya Laskar Pelangi dan AAC. Bayangkan saja, si H sejak kecil harus hidup bekerja untuk membantu keluarganya yang sangat miskin. Untuk biaya sekolah pun harus dicari dengan bekerja menjual koran, jualan makanan, jualan jamu, jualan es, dan sebagainya. Pernah meraantau ke beberapa kota di Sumatera dan Kalimantan, sendirian.. untuk mencari nafkah.. Pernah keluar masuk “dunia malam” juga, dan si H banyak belajar arti hidup di sana. Karena petualangannya itulah si H sangat luwes bergaul dengan berbagai macam orang, wawasannya juga luas. Luar biasa lagi bisa masuk UGM dengan jerih payah sendiri. Dan dalam perjalanannya bisa menemukan jati diri, menjadi orang yang taat. Bahkan nekat nikah di masa kuliah. Kalo gak salah istrinya lulusan MIPA, lebih tua. Sekarang sudah hamil 3 bulan apa ya. Bentar lagi saya jadi om. Salut buat H yang bisa mandiri kuliah dan berkeluarga.. Tapi kayanya kamu lebih cocok jadi pengusaha ketimbang ahli Nuklir.. Hahaha

Salah satu staffku pada saat kepanitiaan X

Pada saat kepanitiaan X yang diselenggarakan sewaktu aku masih jadi kadept TD, ada salah seorang staff kepanitiaan acara X di bulan Desember 2008 lalu yang membuatku kagum. Dia tergabung dalam sie yang paling banyak kerjanya. Setiap dikasih tugas oleh koornya, selalu dilakukan dengan memuaskan, bahkan sering dia terlihat kerja sendiri di saat yang lain beristirahat. Saat keadaan darurat pun dia selalu bisa diandalkan. Bahkan jika ada pekerjaan sie lain yang tidak beres dia ikut2an menyelesaikan. Yang aku heran, saat semua capek dan emosi, anak ini masih bisa tersenyum. Tidak marah dan jengkel sama sekali. Kalo kata orang kesabaran ada batasnya, aku belum melihat batas kesabaran anak ini. Semoga jadi anak hebat..

Yah, mungkin kalau diceritakan masih banyak lagi orang-orang hebat yang membuatku terkagum-kagum dan banyak belajar dari orang tersebut. Tak peduli orang itu lebih tua atau muda. Usia dan jabatan tak menentukan kematangan.

Kembali ke topik awal tentang mahasiswa super, dari pengalamanku bertemu orang-orang di atas.. bisa ditarik beberapa kesimpulan :

· Untuk menjadi “super”, orang/mahasiswa tak harus menjadi hebat dalam segala hal. Boleh jadi seseorang adalah biasa dalam bidang X, tetapi luar biasa dalam bidang Y. Seseorang bisa menjadi super jika benar-benar senang dan menekuni bidangnya tersebut.

· Mahasiswa teruji ke-“super’-annya saat dia mampu memanfaatkan momentum yang ada, bahkan bisa menciptakan momentum itu sendiri baik dari kondisi yang menyenangkan maupun saat mengalami cobaan hidup.

· Mahasiswa super punya prinsip dan sifat khusus yang membuatnya unik dan berbeda dari orang lain. Boleh dikatakan punya karakter. Tidak sekedar ikut-ikutan.

· Mahasiswa “super” tidak hanya hebat dalam hal pribadi, tapi dia juga senantiasa berusaha “menghebatkan” dan memberikan inspirasi kepada orang lain untuk menjadi “super” pula. Super dan Menyuperkan (atau mensuperkan, gak tau mana yang benar). Jadi kehebatannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi berusaha ia tularkan kepada orang lain.

Jadi tak perlu ber IPK 4, jadi organisator handal, punya beraneka macam softskill untuk menjadi mahasiswa super. Cukup menjadi diri sendiri dan kembangkan hal positif yang kita miliki. Lebih bagus lagi kalo bisa menginspirasi orang lain…

Di sekeliling kita banyak sekali orang-orang super, hanya mungkin kita saja yang kurang peka dan kurang memperhatikan mereka. Bisa dari teman, keluarga, saudara, atasan, staff, bahkan musuh atau orang yang tidak kita sukai sekalipun.. Perlu banyak belajar lagi kawan.

Berdasarkan pengamatanku selama kuliah, rata-rata (gak semua lho) mahasiswa ketika masa kuliah memiliki pola pikir seperti berikut :

· Awal masuk kuliah masih IDEALIS (target IP tinggi, ikut banyak organisasi, ikut banyak kegiatan)

· Beranjak ke mahasiswa yang REALISTIS (menyadari tingkat/batas kemampuan yang dimiliki, sehingga hilanglah idealismenya, target2 nya pun mulai dikurangi sesuai kondidi pribadi dan lingkungannya)

· Beranjak ke mahasiswa yang INDIVIDUALIS (mulai memikirkan diri sendiri, bagaimana agar keinginan pribadi terpenuhi terlebih dahulu, dan mengesampingkan kepentingan lain).

· Akhirnya menjadi mahasiswa yang PRAGMATIS dan APATIS (tidak peka terhadap kondisi orang2 di sekitar dan kondisi lingkungan masyarakat, menjadi mahasiswa yang cuek dan gak mau tau).

Pola pikir seperti itulah yang membuat mahasiswa susah menjadi “super”. Yah, tapi sekali lagi tidak semua mahasiswa seperti itu, hanya rata-rata saja. Ada juga yang semakin semester atas semakin matang dan peduli dan bisa tetap mempertahankan idealismenya, dan semakin peka dengan kondisi sosial masyarakat di sekelilingnya. SALAM SUPER (kaya Mario Teguh)..

Ditulis oleh orang yang lagi sakit Gigi (geraham tumbuh, wis tuo).. hadoh.. maaf bila ada kesamaan cerita, tokoh, dan alur cerita. Hal itu memang disengaja oleh penulis. Hahaha..

Senin, 02 Februari 2009

ARTI SEBUAH NAMA

Terimakasih pada orangtuaku yang dah ngasih nama Fauzi kepadaku.. (maaf pak, bu, akhir-akhir ini saya menambahkan label "nan keren" di nama saya)
Nama adalah doa.. Ya.. TERBUKTI .. TERBUKTI..
Fauzi : KEBERUNTUNGAN, KEMENANGAN..
Beberapa saat yang lalu saya liat nilai, deg2an karena yang keluar nilai mata kuliah yang susah dan aku kemaren gak bisa.. (TEPATNYA KURANG BELAJAR, hanya belajar malam harinya mulai jam 8 malam-11 malam terus tidur, padahal ujian setengah 8 pagi).. Pokokmen kurang persiapan.. Ra niat.. Ngerjain pun geleng2 kepala liat temen2 yang begitu cepat menulis lembar-demi lembar jawaban mereka.
Tadi malam sempat shock karena temanku yang kategori "pintar" dapet nilai C pada mata kuliah Analisis Biaya. Ini untuk kedua kalinya kita ambil mata kuliah ini coz tahunkemaren pada dapet jelek semua dan 80% mengulang.. Lha aku oleh opo? C? D? atau E/ Kemaren mid semester cuma dapet nilai 44....(amit2 ngulang lagi)
Dan pas dilihat ternyata.. Tretetetetetet... B.. TAK PERCAYA.. Mosok sih..
Begitu juga mata kuliah teknik kehandalan, dapet B juga.. Padahal 3 soal aku cuma yakin 1 soal...(Lainnya pengawuran, baik rumus dan jawaban)
Aku bersyukur dan merasa sangat beruntung.. KEBERUNTUNGAN seperti ini bukan hanya terjadi sekali, tapi berkali-kali dalam hidupku... Subhanallah..
Kadang juga sering mendapat cobaan, tapi ternyata di kemudian hari cobaan dan ujian tersebut juga menjadi keberuntungan dan kemenagan bagiku.. Terimakasih ya Allah.. Kadang jadi tak enak sendiri dengan teman-teman yang sudah berusaha keras, bahkan sangat keras tapi ternyata hasilnya tidak sesuaidengan yang diharapkan.. Sementara aku yang kuliah serampangan, sering bolos (jangan ditiru), dan dikenal sebagai mahasiswa yang paling sering ketiduran saat kuliah di TI angkatan "06 ini ternyata sangat bejo/beruntung.. sungguh beruntung.. Bahkan pernah juga aku dapet nilai lebih tinggi dari orang yang ngajari aku tiap ada PR dan ngajari pas malem sebelum ujian.. (pasti orangnya gelo, mangkel, dan geleng2 kepala).. maafkan saya teman..
Yang jelas sampai saat ini saya sangat bersyukur, dan semoga untuk seterusnya.. "Sesungguhnya manusia tidak akan mendapatkan melainkan apa yang ia usahakan".. Q.S.. opo yo.. aku lupa.. Oh, ya, masih ada 4 mata kuliah lagi belum keluar nilainya.. doakan, doakan...

Minggu, 01 Februari 2009

SUSAHNYA MENJADI KONSISTEN

Membaca Al-Qur’an memang banyak manfaatnya. Terkadang kita banyak menemukan ayat-ayat yang sangat memberi inspirasi. Terkadang juga banyak pelajaran dan hikmah yang bisa digali dari sana. Bahkan terkadang dengan Al-Qur’an lah perantara Allah untuk menegur hambanya agar bisa berintrospeksi. Seperti yang saya alami beberapa saat yang lalu.

Pada saat itu saya membaca Q.S Ash-Shaff , sya tertegun ketika membaca ayat kedua dan ketiga :

Yaa ayyuhalladzina aamanu lima taquuluu maa laa taf’aluun (2) Kabura maqtan ‘indallahi antaquuluu maa laa taf’aluun (3)

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (2) Amat besar Kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan (3)

Jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, mungkin peringatan Allah dalam ayat tersebut memang banyak terjadi. Tidak perlu jauh-jauh mengambil contoh, saya akan mengambil sampel dari diri saya pribadi sebagai seorang pemuda dan mahasiswa.

Kebetulan beberapa hari ini saya aktif menulis, mayoritas tentang problematika dan permasalahan bangsa karena saya sangat prihatin dengan kondisi masyarakat dan bangsa saat ini. Ibaratnya kita mengalami jaman jahiliyyah modern. Saya telah banyak mengeluarkan kritik terkait dengan kinerja birokrasi dan pemerintahan Indonesia saat ini, di mana banyak terjadi penyimpangan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dan penyimpangan tersebut terjadi di berbagai bidang dan tingkatan.

Yang mungkin menjadi renungan dan introspeksi adalah ketika kita memposisikan diri sebagai mereka/pemerintah, apakah kita mampu membuktikan konsistensi dari kata-kata atau tulisan yang kita buat dengan tindakan nyata? Ketika nantinya kita duduk di kursi-kursi pemerintahan, parlemen, ataupun bidang yang lain, apakah kita mampu membuktikan kata-kata kita menjadi tindakan nyata, ataukah kita akan sama saja, bahkan lebih buruk dari kondisi yang ada sekarang. Intinya apakah :

KATA = TINDAKAN?

Setelah dipikir-pikir, ternyata sangat susah menjadi orang yang konsisten/istiqomah antara perkataan dengan perbuatan. Kita sering mengingatkan, mengkritik, dan menasehati orang lain tapi kita sendiri tidak mau berusaha melakukannya. Sebagai contoh, seorang ayah yang menyuruh anaknya yang beranjak dewasa agar rajin sholat padahal sang ayah sendiri sholatnya masih bolong-bolong. Seorang pemimpin yang menyuruh staffnya datang rapat tepat waktu tapi ternyata sang pemimpin sendiri sering telat, dan masih banyak lagi. Intinya tidak adanya keteladanan yang bisa diberikan.

Itulah yang membuat diri saya pribadi terkadang khawatir, apakah nantinya jika benar-benar masuk dalam sebuah sistem pemerintahan saya mampu konsisten antara apa yang diucapkan sekarang dengan apa yang akan saya lakukan kelak. Pilihannya cuma dua, apakah “merubah sistem” ataukah “dirubah oleh sistem” itu sendiri. Dan saya sangat sadar bahwa sistem yang berjalan di Indonesia saat ini sudah bercokol dengan sangat kuatnya sehingga mayoritas yang terjadi adalah kondisi kedua, di mana orang di rubah oleh sistem. Ambil contoh adalah aktivis 1998, yang saat ini duduk di kursi DPR. Ternyata banyak juga dari mereka yang akhirnya terjebak dalam sistem dan menjadi sosok yang berbeda jauh dari mereka sebelumnya. Bahkan beberapa ada yang terlibat korupsi juga.

Ya, semuanya memang tidak semudah yang dibayangkan. Selama ini saya memang mempunyai sifat tidak suka bila ada ketidakmapanan dan penyelewengan terjadi, dan sering melontarkan kritik dan saran. Dan seperti biasa, ketika jiwa muda berbicara maka sedikitnya pasti ada pengaruh emosi di sana. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengelola kritik, saran, dan emosi tersebut agar nantinya juga bisa menjadi pelajaran berharga bagi diri kita dan sebisa mungkin ikut memberikan penyelesaian/solusi terhadap masalah. Bukan justru menjadi masalah baru.

Selama menjadi mahasiswa, banyak sekali pengalaman dan kejadian yang membuat saya cukup miris juga. Mahasiswa sekarang, termasuk anak-anak BEM, organisasi yang saya tempati ternyata banyak yang mengidap virus inkonsistensi ini. Banyak yang berkata ingin menjadi orang besar dan sukses di masa depan, tapi ternyata kebiasaan yang dilakukan sangat tidak mencerminkan calon orang sukses, misal : ingin jadi pemimpin yang disiplin tapi sering telat datang rapat, ingin menciptakan pemerintahan yang bersih tapi ternyata menjaga kebersihan ruang rapat dan lingkungan sekeliling saja tidak bisa terlaksana, ingin menjadi profesional muda tapi dalam kepanitiaan acara tidak bisa bersikap dan bertindak profesional.

Itulah penyakit mahasiswa, yang harus disadari dan dihilangkan kalu benar-benar ingin menjadi penerus pucuk kepemimpinan bangsa ini. Yang bisa dilakukan sekarang adalah memulai dari diri pribadi. Berusaha untuk jadi mahasiswa yang konsisten antara ucapan dengan perbuatan. Yang saya sarankan adalah mari kita gunakan logika orang adzan, di mana mu’adzin mengajak orang lain sholat, namun nantinya mu’adzin juga ikut sholat. Kita menasehati seseorang untuk melakukan sesuatu kebaikan, mengandung konsekuensi bahwa kita juga harus berusaha melakukannya juga dengan usaha maksimal. Wallahu a'lamu bisshowab.

APA BEDA PENGHUNI SURGA DAN PENGHUNI NERAKA?

Beberapa hari yang lalu, ketika mengaji saya mendapatkan cerita yang sangat menarik dari ustadz saya tentang perbedaan penghuni surga dan neraka. Dalam hadist qudsi dikisahkan bahwa pada suatu ketika Allah hendak menunjukkan kepada Nabi Muhammad SAW tentang kondisi ahli surga dan ahli neraka.

Maka diajaklah Nabi Muhammad oleh malaikat Jibril memasuki sebuah ruangan besar. Dalam ruangan tersebut terdapat meja makan yang besar dimana terdapat semangkok besar makanan lezat yang terhidang di dalam mangkok. Di sekeliling meja terdapat beberapa orang yang duduk di kursi menghadap ke arah mangkok tersebut dengan masing-masing memegang sebuah sendok yang panjang. Namun anehnya kondisi tubuh mereka sangatlah kurus, seperti kurang makan. Padahal di hadapan mereka terdapat semangkok makanan besar yang cukup untuk mereka semua. Taukah kenapa?

Kemudian Nabi diajak menuju ke ruangan yang lain lagi. Kondisi ruangan yang hampir sama dengan ruang pertama. Namun bedanya, orang-orang yang duduk di sekeliling meja makan tersebut tubuhnya gemuk-gemuk dan sehat. Tampak senyum kegembiraan di wajah mereka. Taukah perbedaan antara ruang pertama dan ruang kedua?

Ruang pertama adalah gambaran orang-orang penghuni neraka sedangkan ruang kedua adalah gambaran orang-orang yang menghuni surga.Perbedaannya adalah, pada ruang pertama, orang-orang sangat kurus tubuhnya karena mereka bisa mengambil makanan dari mangkok besar di tengah dengan sendok panjang yang mereka miliki, tapi mereka tidak bisa memakannya karena sendok itu terlalu panjang? Jadi susah untuk memasukkan makanan ke dalam mulut. Sementara pada ruangan kedua(gambaran penghuni surga), mereka gemuk-gemuk karena mereka mengambil makanan dengan sendok yang panjang tadi, kemudian saling menyuapi satu sama lainnya sehingga semua malah bisa makan dan gemuk.

Hikmah :

Calon penghuni neraka adalah orang-orang yang egois yang selalu memikirkan dirinya sendiri, tak mau berbagi dengan saudaranya, tak mau memikirkan saudaranya yangberada dalam kesulitan. Mereka tidak sadar bahwa keegoisan mereka justru akan menjadi penyebab kehancuran diri mereka sendiri.

Calon penghuni neraka adalah orang-orang rela berkorban demi saudaranya, dan mencintai saudaranya sebagaimana mencintai diri mereka sendiri. Walaupun dirinya sendiri sebenarnya membutuhkan bantuan, seorang mukmin mau untuk mendahulukan saudaranya. Dan inilah tingkatan tertinggi dari ukhuwah, yaitu itsar (saling berkorban/mendahulukan kepentingan saudaranya yang lain). Jadi kebahagiaan seorang sahabat/saudara niscaya adalah kebahagiaan bagi sahabat/saudaranya yang lain.