Sabtu, 24 Januari 2009

PEMILU OH PEMILU...

Beberapa bulan belakangan ini, mungkin mata kita cukup disibukkan dengan melihat gambar-gambar caleg dan parpol PEMILU 2009 di sudut-sudut jalan dan perempatan.. Di koran dan TV pun tidak ketinggalan ramenya..Fyuh.. Foto2 calon legislatif banyak nampang di situ kaya artis.. Mulai dari Partai “Banteng”, Partai “Beringin”, Partai “Matahari Terbit” Partai “Garuda”, Partai “Bulan Kembar”, dan masih banyak lagi.. Intinya jumlah parpol sekarang makin banyak, 38 buah mulai dari parpol “Raksasa” sampai parpol “Gurem”. Dengan janji-janji yang realistis sampai yang fiktif. Semua dikemas dengan menarik, dengan bahasa “marketing” yang terkadang berlebihan.. Melebihi iklan di TV malah..
Itulah sedikit potret demokrasi di Indonesia, di mana suara individu menjadi sangat berarti bagi sebuah parpol. Yah, dalam demokrasi di Indonesia “ BANYAK berarti MENANG”.. Keputusan dan kebijakan dalam 5 tahun ke depan ditentukan oleh “voting besar-besaran sehari“ yang disebut dengan “PEMILU”. Tiap parpol begitu gencar menarik suara pemilih, dengan berbagai metode. Kalau diamati, saat ini pemilih lebih mirip dengan pembeli, sedangkan parpol bisa diibaratkan dengan penjual. Sayangnya, tidak semua penjualnya itu jujur dalam berdagang.
Yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah pelaksanaan demokrasi di Indonesia memang benar-benar membuahkan hasil? Apakah demokrasi dengan PEMILU itu cara yang efektif untuk memilih peminpin yang bertanggung jawab dan amanah? Selama ini yang saya rasakan adalah TIDAK..!
Beberapa hal yang belakangan ini membuat saya ragu terhadap sistem demokrasi dan pemilu di Indonesia antara lain :
1. SUPER-SUPER BOROS
Setiap kali pemilu dana yang dihabiskan mencapai angka triliunan rupiah. Itupun banyak yang dikorupsi oleh KPU sendiri. Sementara fasilitas dan hasil yang didapatkan dari pemilu belum tentu bisa memperbaiki nasib bangsa ini. Lihat saja pilkada jatim yang baru selesai dan memakan total dana 800 Milyar..! Itu seperlima dari APBD Jawa Timur dalam setahun.. Lunar Binasa..! Belum lagi kebijakan aneh2, dari yang tadinya nyoblos sekarang pake centang juga.. Otomatis harus menyediakan pulpen... Tambah biaya lagi..
2. JAMUR DI MUSIM PENGHUJAN
Mungkin kata-kata tersebut tepat untuk parpol2 di Indonesia saat ini.. baru muncul ketika sudah menjelang pemilu.. baru mau mengadakan perbaikan jelang pemungutan suara.. politik instan.. Mencari suara ketika sudah jelang pemilihan dengan beragam cara. Masyarakat banyak yang tertipu.. terjebak..! begitu terpilih, wess.. lenyap semua kebaikannya.
3. JUAL FOTO DAN TAMPANG
Terlihat jelas pada pemilu kali ini, siapa caleg yang nempel spanduk, poster, dan baliho paling banyak, dialah yang akan lebih dihafal oleh pemilih. Dalam hal ini uanglah yang bicara, bukan kualitas.. semakin banyak uang, semakin banyak promosi, semakin banyak pemilih.. Padahal belum tentu yang nempel spanduk banyak di jalan itu kualitasnya melebihi caleg yang tidak promosi karena kekurangan biaya.. Jadi masyarakat selama periode kampanye hanya “diizinkan” mengenal caleg lewat foto dan gambar saja.. Gambar dan tulisan visi misi saja tidak cukup untuk mengukur kualitas caleg.. Sungguh lucu.. Ibarat memilih kucing dalam karung.. saya sempat ketawa ketika melihat foto2 caleg perempuan.. rata-rata dandanannya menor semua.. cih.. Mo jadi caleg apa arisan Bu..?
4. SUARA DIANGGAP MEMPUNYAI “VALUE” YANG SAMA
Pernahkah anda berpikir, apakah sama antara suara seorang PSK atau RAMPOK dengan suara seorang KYAI atau USTADZ ? Suara orang JAHAT dengan orang BAIK? Tentu tidak sama bukan? Nah, masalahnya dalam demokrasi dan pemiluyang mempergunakan sistem suara, tiap orang punya nilai suara yang sama yaitu 1 SUARA.. sungguh tidak adil kan?
5. FIGUR PEMIMPIN TANPA DISOKONG KADER YANG BERKUALITAS
Selama ini mayoritas partai dan organisasi politik terlalu bergantung dengan figur seorang pemimpinnya, namun tidak didukung adanya kader yang kuat di bawah/tingkat daerah.. Pemimpin partainya bagus, tapi kader2nya banyak yang korupsi dan kena kasus.. Yah, masyarakat terkadang cenderung fanatik, karena menyenangi pemimpin partainya lantas juga ikut2an milih caleg di tingkat daerah dari partai yang sama.. padahal belum ada jaminan kualitasnya.
6. KURSI LEGISLATIF DIJADIKAN MATA PENCAHARIAN UTAMA
Bagi mayoritas caleg, menjadi anggota legislatif bagai ketiban durian runtuh.. Gaji lumayan ditambah tunjangan ini itu. Kerja tak harus tiap hari seperti pegawai negeri. Tentu ini menjadi hal yang menggiurkan bagi sebagian orang. jabatan anggota DPR pun layaknya sumber penghasilan tetap. Ini yang salah. Tak jarang manuver-manuver dilaukan agar uangf yang dihabiskan waktu kampanye bisa kembali saat sudah menjadi anggota legislatif.. Uang sogok pun diterima.. Sebenarnya yang dibutuhkan saat ini bukan figur-figur orang pencari bayaran.. Tapi figur-figur pengabdi, yang ikhlas berkontribusi maksimal untuk negeri ini. Jadi gaji bukanlah tujuan utama.
7. MISKINNYA PROPHETIC LEADERSHIP
Saat ini Indonesia tengah bergerak ke arah sekularisme dengan tameng nasionalisme. Dimana masalah pemerintahan dipisahkan dengan masalah ibadah, agama dan kepercayaan. Jadi saat ini orang menganggap bahwa ibadah itu cuma hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Itu semua SALAH BESAR..! Hidup bermasyarakat adalah ibadah, jual beli ibadah, bahkan politik itu ibadah. Semua tergantung niat. Di sinilah prophetic leadership/ kepemimpinan kenabian berperan. Saat Nabi Muhammad memimpin, semua segi kehidupan berjalan seimbang antara dunia dan akhirat. Hal ini dikarenakan figur Nabi Muhammad sebagai Pemimpin Negara Kharismatik sekaligus Imam dalam Beribadah. Dua hal tersebut melekat dalam diri Nabi Muhammad SAW. Sayang di Indonesia saat ini belum ada pemimpin yang “sekomplet” itu, seimbang antara leadershipnya dengan religiusitasnya.
Dan mungkin masih banyak sekali kekurangan2 dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia ini bila dikaji lebih dalam. Ketika menjadi surveyor Pemilu 2009 saja, banyak responden yang baru menentukan pilihan pada saat hari H Pemilu.. Sungguh Konyol.. Nasib 5 tahun hanya ditentukan dalam sehari..Fyuuh
Yang jelas saya tidak menyarankan anda untuk Golput, karena akan membuat Pemilu mubadzir.. Buang2 duit.. Yang jelas memang partai politik saat ini banyak kekurangannya banyak jeleknya. Jadi pilihlah parpol yang “paling sedikit jeleknya” dan yang benar2 “merealisasikan janjinya” .. Up to You..

13 komentar:

  1. "... SUARA DIANGGAP MEMPUNYAI “VALUE” YANG SAMA
    Pernahkah anda berpikir, apakah sama antara suara seorang PSK atau RAMPOK dengan suara seorang KYAI atau USTADZ ? Suara orang JAHAT dengan orang BAIK? Tentu tidak sama bukan? Nah, masalahnya dalam demokrasi dan pemiluyang mempergunakan sistem suara, tiap orang punya nilai suara yang sama yaitu 1 SUARA.. sungguh tidak adil kan?............."

    he.......
    mau menyatakan pendapat saja ya mas.
    demokrasi seperti pasal 27 ayat 1 dan 2
    masing2 sama saja
    jadi suara mereka sama saja
    itulah demokrasi, bung! *opo sih*
    jangan karena PSK atau rampok terus gak boleh pilih atau suara mereka dianggap lebih remeh...
    btw aku bingung arep milih opo tur ora gelem golput
    coblosan perdana !
    hahaa.

    BalasHapus
  2. Weh, ho'o. masa beda2in suara rampok ma kyai. Kyai dan orang2 baik byk lo yg ga ngerti politik. klo asal coblos kan sama aja! =p

    eniwei, brapa tahun lagi km kan mau nyaleg mas.
    hahaha.

    BalasHapus
  3. Po rampok sama PSK juga ngerti politik? Ha3.. sama aja to..
    Intinya, aku gak setuju sistem yang ada seperti sekarang.. Di Indonesia itu jumlah orang pintar dan terpelajar lebih sedikit dari yang masyarakat biasa dan tidak tau apa2, jumlah orang baik lebih sedikit dari jumlah orang jahat, jadi selama ini wakil rakyat dipilih oleh orang2 yang mayoritas tidak tau apa2..

    BalasHapus
  4. Aku calon Bupati, bukan calon legislatif Gel.. Ha3.. Iso independen.. Obsesi pengabdian, bukan kekuasaan.. halah.. Moga2 bisa istiqamah...

    BalasHapus
  5. salam knal, mas
    iya mas..saya mengerti dan cenderung setuju ama mas fauzi yang masalah rampok nyoblos siapa itu.
    tapi, nek menurut saya, kalo kita menggunakan sistim musyawarah oleh orang2 tertentu aja, ntar apa bedanya dengan ORBA? buat apa ada 3 langkah reformasi kalo kita nggak bisa demokrasi?
    nah, oleh karenanya, mas fauzi sebagai calon bupati jadikan "pendidikan dan moralitas masyarakat yang bemutu" sebagai visi dalam kampanye besok..gegegegegege
    oiya, masalah KPU tu juga, ngawor bgd e mereka blom siap logistik pemilu 2009 ini. habisnya 3 tahun belakangan cuma kunjungan2 ke ln sih..jadi nyiapinya ndadak..wahwah..

    BalasHapus
  6. asw

    makanya nggak usah ikut2an berpolitik... ngapain sih pake bikin Partai Pemersatu Mahasiswa segala... hehehe... (ih kampanye!)

    kelemahan terbesar demokrasi adalah bahwa demokrasi berdasarkan pada suara terbanyak, sedangkan kecenderungan manusia adalah menuruti hawa nafsunya. jadi dengan demokrasi, kebenaran akan sulit terwujud karena hawa nafsu lah yang akan berkuasa.

    masalah tersebut sejatinya hanya dipegang oleh orang2 yang berilmu dan berkompeten, dalam hal ini kita menamakannya "ahlul hal wal aqdi"

    jadi, pernahkah terpikir untuk menggunakan sistem khilafah? (ih lagi2 kampanye!)

    wasw

    BalasHapus
  7. Hahaha.. berhasil juga memprovokasi orang.. orang bebas berpendapat..
    Copey : Yuk.. slam kenal jugak.. anak IPA 4 ke sekian yang kukenal.. Lama2 kenal IPA 4 semua.. Hakaka.. Yep, intinya kembali ke kualitas SDM.. saat ini Indonesia kekurangan SDM berkualitas, bermoral, berintegritas
    C-Kink : Ha3.. dasar oknum politik Teknik UGM.. Masa kampanya dah selese.. Nunggu setaun lagi

    BalasHapus
  8. "mengenal caleg lewat foto dan gambar saja.. "

    kan ada acara yg d tvone itu lo mas,, lumayan buat referensi,, hoho...

    soal yg suara rampok dkk itu,,
    aku stuju sama gupi,,
    masak dibedain??

    kyai belum tentu bagus dan rampok belum tentu jelek. itu cuma kasarannya aj,, bisa dilihat dari bbgai perspektif. mnurutku,,lho...

    oke,
    emang dg pemilu blm tentu pemimpin yg didapatkan bner2 yg "bener"
    tapi cara itu cukup adil, kurasa. kalo gak bisa dibilang "yg paling adil yang bisa ditemukan orang indonesia"
    semua orang punya hak yang sama.
    adil, ah!

    kalo yg nyoblos hanya orang2 yg "berkompeten" aja,, pasti banyak pihak2 yg merasa dianaktirikan,, gitu...
    masyarakat indonesia kan bervariasi,bukan cuma orang2 "brkompeten" itu,,
    gak bisa dong diambil populasi sampel yg tidak mewakili gitu...

    BalasHapus
  9. Hahha.. ya ya ya.. good opinion.. fine2 aja.. sekarang aku tanya jika ada 2 kondisi :
    1. Rakyat yang jelek dan rusak, tapi pemimpinnya baik
    2. Rakyatnya baik, tapi pemimpinnya rusak.. pilih mana..?

    BalasHapus
  10. Kalo dilihat dari sudut pandang idealnya, emang lebih baik pemimpinnya yang baik. Karena diharapkan bisa membawa rakyatnya ke arah yang baik. Tapi sekali lagi, itu pemikiran idealnya.
    Kenyataannya, di negara Indonesia yang penduduknya buanyak banget ini, nggak semua rakyat mau sami'na wa atho'na. Bahkan terhadap pemimpin yang mereka pilih sendiri. Apalagi kalau pemimpinnya dipilihin segelintir orang. Belum tentu (atau bisa dibilang pasti tidak) semua rakyat merasa terwakili oleh segelintir orang tadi.
    Dengan memakai sistem pemilu satu orang satu suara, rakyat akan lebih merasa ikut menentukan nasib Indonesia dan mereka nggak akan apatis sama situasi politik (maupun sektor lain) di Indonesia.

    BalasHapus
  11. setuju sama sim2!!!
    "Dengan memakai sistem pemilu satu orang satu suara, rakyat akan lebih merasa ikut menentukan nasib Indonesia dan mereka nggak akan apatis sama situasi politik (maupun sektor lain) di Indonesia"

    tapi masih ada aja sih,, yg apatis..

    betewe,,
    1. Rakyat yang jelek dan rusak, tapi pemimpinnya baik: berjuta2 lawan satu. membawa rakyat menuju lebih baik kemungkinannya kecil,, meskipun kemungkinan itu ada.
    2. Rakyatnya baik, tapi pemimpinnya rusak: lagi2, berjuta2 lawan satu. kayaknya malah hampir mustahil kalo si pemimpin membawa rakyat ke arah lebih buruk. yang ada malah kudeta besar2an. si pemimpin mati dibacok rakyat. semacam.

    sistem pasti bisa menyeimbangkan dirinya pada saatnya....

    BalasHapus
  12. btw.. ahirnya warna font-mu ganti mas...?
    ato hanya efek mata lelahku sajaa?
    tetep wae ngejreng....

    contoh warna font ku dong,, soft,, aseeekk...
    jkakakak...

    BalasHapus
  13. etak>>wah
    yang namanya pemimpin yang baik tu ya pasti baik dalam menentukan, memimpin,lalala.. bukan masalah berjuta lawan satu tak. tapi, gimana keberhasilan si pemimpin dapat membimbing masyarakat rusak ke jalan kebenaran.
    kalo perbandingannya tu rakyatvspemerintah, itu masalah kualitas..bukan kuantitas..gitu.pemimpin kan diatasnya rakyat..
    menurutku ya pemimpin nya harus baik, ditengah masyaraakat rusak. itu bisa bikin negara jadi better.

    BalasHapus

Comment